"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”
(Matius 7:12)
Satu pertanyaan klasik yang selalu saya tanyakan ketika mendampingi Majelis dalam proses pendadaran manten di GKJ Gandaria adalah : “Mengapa anda ingin menikah?” Jawabannya sangat beragam; ada yang ingin mendapat kepastian status, ada yang ingin memiliki keturunan, ada yang ingin mendapatkan teman hidup, ada yang ingin hidup bersama dengan orang yang dicintainya, ada yang menjawab karena memang sudah saatnya untuk menikah, bahkan ada yang ingin menikah agar hidupnya bisa lebih teratur dan lebih baik. Pertanyaan di atas tidak hanya saya ajukan pada salah satu calon manten, melainkan kedua-duanya, laki-laki dan perempuan. Sederhana memang pertanyaan itu, tetapi dari deretan jawaban di atas, nampak jelas adanya suatu harapan, baik harapan dari calon manten pria maupun calon manten perempuan. Namun, selama lebih kurang hampir lima tahun saya melontarkan pertanyaan itu, seingat saya hanya ada satu pasang calon manten yang mengungkapkan jawaban yang berbeda. Calon manten pria menjawab: “Saya ingin menjadi suami yang baik,” sedangkan calon manten perempuan mengungkapkan: “Saya ingin menjadi istri yang baik.”
Tidak ada yang salah dari semua jawaban yang diungkapkan, tetapi saya ajak sekarang untuk mencermati deretan jawaban itu. Kelompok jawaban yang pertama terlihat bahwa harapannya adalah mendapatkan sesuatu dari orang lain, sedangkan jawaban yang terakhir lebih pada keinginan untuk melakukan sesuatu bagi orang lain. Sudah bisa membedakan...? Kalau belum, saya perdalam lagi. Kelompok yang pertama mengungkapkan bahwa dengan menikah, ia akan “mendapatkan” sesuatu dari pasangannya, sedang kelompok kedua kita menemukan ungkapan bahwa dengan menikah ia akan “memberikan” sesuatu bagi pasangannya. Perbedaan ini menarik bahkan menyolok sekali, karena imbas dari harapan-harapan itu bisa sangat lain. Ketika kita mengharapkan sesuatu dari orang lain, mau tidak mau kita akan mengatakan dan meminta. Misalnya, ketika saya ingin memiliki istri yang baik, maka saya akan meminta calon istri saya untuk berlaku dan berbuat seperti harapan saya. Ini berbeda ketika saya ingin menjadi suami yang baik, maka saya akan berjuang dan berbuat apa pun demi membahagiakan istri saya.
Siapa diantara kita yang tidak ingin diperhatikan, disayang dan dicintai oleh pasangan kita, anak-anak kita, orang tua kita, keluarga kita? Semuanya pasti menginginkan hal itu. Persoalannya sekarang adalah bagaimana cara kita mendapatkan apa yang kita harapkan. Matius 7:12 mengungkapkan secara gamblang! Kita tentu pernah mendengar The Golden Rule-nya Confussius, yang menyatakan bahwa “jangan melakukan kepada orang lain apa yang kita tidak suka orang lain lakukan pada kita.” Hukum ini mengatur agar tidak terjadi kekacauan dan kekerasan dalam masyarakat. Namun, hukum ini bersifat preventif. Oleh Yesus, hukum ini dibaharui dengan menambahkan unsur proaktif. Tidak menunggu melainkan memulai terlebih dahulu. Ketika kita ingin disayang dan dicintai, mulailah dari diri kita terlebih dahulu untuk menyayangi dan mencintai. Ketika kita ingin orang lain berbuat baik kepada kita, mulailah untuk terlebih dahulu berbuat baik kepadanya. Bayangkan, betapa indah dan membahagiakan ketika di dalam keluarga masing-masing anggotanya saling berlomba untuk menjadi yang pertama dalam hal melayani, memperhatikan, menyayangi, dll. Dengan tanpa disengaja, semua kan mendapatkan apa yang diharapkan. Jadi, mulailah hari ini dengan melakukan apa yang kita senang orang lakukan pada kita, menjadi yang terbaik bagi orang lain. Amin.
Aku tahu ku takkan bisa menjadi s’perti yang engkau minta,
namun selama nafas berhembus aku kan mencoba,
menjadi s’perti yang kau minta…
(S’perti Yang Kau Minta - Chrisye)
Kirana asa dalam titian kembara,
dchristac
Tidak ada komentar:
Posting Komentar