21 Oktober 2009

KONSEKUENSI DARI SEBUAH KONSISTENSI


2 Samuel 6:1-5, 12b-19, Mazmur 24, Efesus 1:3-14, Markus 6:14-29

Maut menghampiri Yohanes Pembaptis melalui Herodes. Kepala Sang Pembuka Jalan itu harus terpisah dengan tubuhnya hanya karena Herodes mau mencoba konsisten dengan apa yang telah dijanjikannya kepada anak perempuan Herodias. Justru Herodiaslah yang sakit hati pada Yohanes ketika Herodes memperistrinya, walau ia sudah bersuamikan Filipus, saudara Herodes. Akhirnya kesempatan itu tiba. Herodes berjanji akan memberikan apa saja yang diminta anak perempuan Herodias, yang telah membuatnya terpana dengan tariannya. Melalui anaknya, Herodias meminta kepala Yohanes Pembaptis berada di talam. (Markus 6:25) Herodes konsisten dengan kata-katanya, walau sebenarnya hatinya sedih. Konsekuensi dari konsistensinya membuat seorang hamba Tuhan tewas.

Berbicara soal konsistensi, tentu kita tidak bisa tidak, kita harus juga berbicara tentang Yohanes Pembaptis. Sejak semula ia konsisten menjalani peran yang diberikan Tuhan padanya. Sebagai pembuka jalan bagi Yesus, ia melakukan dengan setia, walau mungkin dianggap aneh oleh orang sekitarnya. Keberaniannya untuk menyatakan kebenaran Allah tidak pandang bulu. Ia berani mengkritik penguasa yang berlaku salah – dalam hal ini Herodes. Konsekuensi dari konsistensi Yohanes adalah kematian yang mengerikan. Daud rela dipandang rendah oleh istrinya, Mikhal. Dalam prosesi pemindahan Tabut Perjanjian, ia menari dengan hanya memakai baju efod, baju lapisan luar dari jubah imam yang tidak menutupi seluruh tubuhnya. (2 Samuel 6:14-16) Ia konsisten menghormati Tuhan dan kesucian Tabut-Nya dengan menunjukkan kemurniannya hatinya dengan hanya memakai baju efod.

Pertanyaan yang harus kita pergumulkan dan jawab saat ini adalah: apakah kita konsisten dengan panggilan kita, sebagaimana dinyatakan dalam Efesus 1:4 “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.” Kita dipilih Tuhan agar kita hidup kudus dan tak bercacat dihadapan-Nya. Kalau kita konsisten dengan pemilihan itu, maka adalah hidup kita harus menyatakan kesucian dan kemurnian serta kekudusan Allah. Ini tidak mudah karena tawaran untuk hidup dalam noda dan ketidaksucian sangat menggoda. Bahkan bisa jadi, kita akan ditinggalkan oleh banyak orang jika kita konsisten menjalani panggilan dalam kesucian ini. Beranikah kita untuk tetap konsisten dan siap untuk menerima konsekuensinya? Amin.

|d|c|a|c|

Tidak ada komentar:

Posting Komentar