Filipi 4:1-9
Surat Paulus Kepada Jemaat di Filipi ini ditulis ketika Paulus berada di penjara. Hatinya pada saat itu cemas karena ada pekerja-pekerja Kristen yang menentangnya. Juga karena di dalam jemaat di Filipi itu ada orang-orang yang mengajarkan ajaran-ajaran yang menyesatkan. Meskipun demikian surat Paulus ini bernada gembira dan penuh harapan. Apa sebabnya demikian? Tidak lain hanyalah karena Paulus percaya sekali kepada Kristus.
Ciri khas surat ini ialah tekanannya pada kegembiraan, keteguhan hati, kesatuan, dan ketabahan orang Kristen dalam mempertahankan percayanya kepada Kristus dan dalam menjalani hidup sebagai orang Kristen. Hal ini nampak sekali dalam teks di atas. Bahkan dalam ayat 9 dikatakan: “Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.” Dengan kata lain, Paulus mengatakan bahwa jemaat di Filipi harus hidup sesuai dengan ajaran yang telah diajarkan Paulus. Kita tahu bahwa apa yang diajarkan Paulus adalah berdasarkan dari pengalaman dan penghayatan imnannya pada Yesus, Putra Allah.
Dari uraian di atas, kita bisa menemukan satu pola yang menarik; Yesus mengajar para murid-Nya, para murid (termasuk Paulus) mengajarkan apa yang diajarkan Yesus pada jemaat yang dibangunnya. Proses itu terus terjadi, bahkan hingga pada masa kita. Ada proses pewarisan tradisi iman yag berjalan. Iman kepada Kristus diajarkan, diwariskan dan dihidupi.
Kini dalam Masa Penghayatan Hidup Berkeluarga, kita diingatkan kembali pada proses di atas. Apakah kita, baik sebagai individu, ataupun sebagai keluarga telah terlibat dalam rangkaian proses pewarisan tradisi itu?
Mungkin juga timbul pertanyaan; tradisi apa yang kita wariskan? Jawabnya singkat: tradisi keyakinan keselamatan yang telah kita terima dari Allah. Tradisi keyakinan bahwa relasi kita dengan Allah telah dipulihkan-Nya pengorbanan Yesus.
Mari melibatkan diri dalam proses yang luar biasa ini.
Surat Paulus Kepada Jemaat di Filipi ini ditulis ketika Paulus berada di penjara. Hatinya pada saat itu cemas karena ada pekerja-pekerja Kristen yang menentangnya. Juga karena di dalam jemaat di Filipi itu ada orang-orang yang mengajarkan ajaran-ajaran yang menyesatkan. Meskipun demikian surat Paulus ini bernada gembira dan penuh harapan. Apa sebabnya demikian? Tidak lain hanyalah karena Paulus percaya sekali kepada Kristus.
Ciri khas surat ini ialah tekanannya pada kegembiraan, keteguhan hati, kesatuan, dan ketabahan orang Kristen dalam mempertahankan percayanya kepada Kristus dan dalam menjalani hidup sebagai orang Kristen. Hal ini nampak sekali dalam teks di atas. Bahkan dalam ayat 9 dikatakan: “Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.” Dengan kata lain, Paulus mengatakan bahwa jemaat di Filipi harus hidup sesuai dengan ajaran yang telah diajarkan Paulus. Kita tahu bahwa apa yang diajarkan Paulus adalah berdasarkan dari pengalaman dan penghayatan imnannya pada Yesus, Putra Allah.
Dari uraian di atas, kita bisa menemukan satu pola yang menarik; Yesus mengajar para murid-Nya, para murid (termasuk Paulus) mengajarkan apa yang diajarkan Yesus pada jemaat yang dibangunnya. Proses itu terus terjadi, bahkan hingga pada masa kita. Ada proses pewarisan tradisi iman yag berjalan. Iman kepada Kristus diajarkan, diwariskan dan dihidupi.
Kini dalam Masa Penghayatan Hidup Berkeluarga, kita diingatkan kembali pada proses di atas. Apakah kita, baik sebagai individu, ataupun sebagai keluarga telah terlibat dalam rangkaian proses pewarisan tradisi itu?
Mungkin juga timbul pertanyaan; tradisi apa yang kita wariskan? Jawabnya singkat: tradisi keyakinan keselamatan yang telah kita terima dari Allah. Tradisi keyakinan bahwa relasi kita dengan Allah telah dipulihkan-Nya pengorbanan Yesus.
Mari melibatkan diri dalam proses yang luar biasa ini.
Ubi caritas et amor, Deus ibi est.